Archive for the ‘Bahasa Indonesia 2’ Category

PROPOSAL

  • Pengertian Proposal

Proposal adalah sebuah tulisan yang dibuat oleh si penulis yang bertujuan untuk menjabarkan atau menjelaskan sebuah tujuan kepada si pembaca (individu atau perusahaan) sehingga mereka memperoleh pemahaman mengenai tujuan tersebut lebih mendetail. Diharapkan dari proposal tersebut dapat memberikan informasi yang sedetail mungkin kepada si pembaca, sehingga akhirnya memperoleh persamaan visi, misi, dan tujuan.

  • Jenis-Jenis Proposal

Berdasarkan bentuknya, proposal dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

–         proposal formal,

–         semiformal, dan

–         nonformal.

Proposal berbentuk formal terdiri atas tiga bagian utama, yaitu:

1)    bagian pendahuluan, yang terdiri atas: sampul dan halaman judul, surat pengantar (kata pengantar), ikhtisar, daftar isi, dan pengesahan permohonan;

2)    isi proposal, terdiri atas: latar belakang, pembatasan masalah, tujuan, ruang lingkup, pemikiran dasar (anggapan dasar), metodologi, fasilitas, personalia (susunan panitia), keuntungan dan kerugian, waktu, dan biaya;

3)    bagian pelengkap penutup, yang berisi daftar pustaka, lampiran, tabel, dan sebagainya.

Proposal semiformal dan nonformal merupakan variasi atau bentuk lain dari bentuk proposal formal karena tidak memenuhi syarat-syarat tertentu atau tidak selengkap seperti proposal bentuk formal.

  • Syarat-syarat Proposal

Syarat-syarat proposal yang baik, diantaranya :

1. Jelas (Clear)

Yang dimaksud jelas, proposal harus dapat memaparkan kegiatan usaha secara jelas, terutama mengenai :

–         bidang usaha,

–         status kepemilikan,

–         surat izin badan usaha yang diperlukan,

–          bentuk kerja sama yang ditawarkan,

–          pasar produk yang ditawarkan,

–          tenaga kerja,

–          pesaing,

–          bahan baku.

2. Singkat (Consice)

Proposal harus ditulis singkat tanpa melupakan kaidah-kaidah penulisan dan mengurangi kejelasan dan kelengkapan proposal. Harap diingat, bahwa dunia usaha selalu harus mengikuti perkembangan, karenanya penyampaian sesuatu secara singkat dan tepat pada sasaran merupakan sesuatu keharusan

3. Lengkap (Complette)

Propposal harus dibuat secara lengkap, artinya proposal harus dibuat dengan informasi pendukug. Kelengkapan informasi terutama mengenai pesaing dan peluang pasar akan sangat membantu pelaksanaan usaha. Usaha menutup-nutupi informasi akan menjadikan bumerang bagi pengelola usaha, karena pada waktunya akan diketahui juga.

4. Benar (Correct)

Kebenaran proposal sangat dipengaruhi oleh nurani pembuat. Jangan sampai karena ingin meyakinkan dan membuat proposal semenarik mungkin, penyusun menyembunyikan informasi-informasi yang yang dirasa kurang menguntungkan. Bila pada suatu waktu diketahui ketidakbenaran proposal, nama baik dan kredibilitas penyusun sangat dipertaruhkan. Adalah sesuatu hal yang sangat sulit meyakinkan orang, bila pernah membohonginya, dasar utama dari bisnis adalah kepercayaan, karenanya kepercayaan adalah sesuatu yang sangat mahal.

5. Tidak kadaluwarsa (up to date)

Keakuratan dan ketepatan data pendukung sangat diperlukan dalam penyusunan usaha. Perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat mengharuskan kegiatan usaha mengikutinya. Proposal usaha pun demikian, ia harus dibuat sesuai perkembangan. Perkembangan tidak hanya sebatas pada perkembangan ilmu dan teknologi saja, tetapi juga perkembangan pranata dan nilai-nilai yang dianut masyarakat.

Perkembangan-perkembangan yang harus diperhatikan dalam penyusunan proposal usaha sehingga keakuratannya (up to date) tetap terjaga diantaranya :

–         harga dan perkembangan pesaing (Competitor),

–         selera masyarakat (The taste of society),

–         pereaturan pemerintah (The Government rule)

–         daya beli masyarakat (The buying power), dan

–         perkembangan ilmu dan teknologi (Sciens and technology)

  • Sistematika Proposal

1. Pendahuluan

  • Berisi tentang hal-hal dan kondisi umum yang melatarbelakangi dilaksanakan kegiatan tersebut
  • Hubungan kegiatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari(nyata)
  • Point-point pembahasan pada pendahuluan ini, mengacu pada komponen S-W-O-T yang telah dibahas sebelumnya.

2. Dasar Pemikiran

  • Berisi tentang dasar yang digunakan dalam pelaksanaan, misalnya: Tri Darma Perguruan Tinggi, program kerja pengurus dan lain-lain
  • Jika kegiatan tersebut bukan dari organisasi, maka didasarkan secara umum, misalnya : Peraturan Pemerintah No sekian

3. Tujuan

  • Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan tersebut ( umum dan khusus)
  • Tentukan juga keluaran ( output ) yang dikehendaki seperti apa

Contoh :

  • Memperoleh kader-kader KMHDI
  • Memberi pengetahuan manajerial dan leadership bagi calon anggota KMHDI

4. Tema

  • Tema yang diangkat dalam kegiatan tersebut

5. Jenis Kegiatan

  • Diperlukan untuk menjelaskan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan jika kegiatannya lebih dari satu,
  • Menjelaskan bentuk dari kegiatan tersebut. Misal: berupa Seminar, Pelatihan, penyampaian materi secara lisan, Tanya jawab dan simulasi dll.

6. Target

Berisi uraian yang lebih terperinci dari Tujuan (Point 3) terutama mengenai ukuran-ukuran yang digunakan sebagai penilaian tercapai atau tidaknya tujuan.

Contoh :

  • Target acara ini adalah untuk mencetak minimal 25 orang pelatih KMHDI yang masing-masing diantaranya, memiliki kemampuan yang sesuai dengan standar yang Buku Pedoman Kaderisasi Jilid I KMHDI, dan setiap pelatih tersebut memiliki nilai rata-rata diatas 7 (dengan range 10) dalam setiap materi pelatihan.

7. Sasaran/Peserta

  • Menjelaskan tentang objek atau siapa yang akan mengikuti kegiatan tersebut ( atau lebih kenal dengan peserta)

8. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

  • Tentukan dimana, hari, tanggal, bulan, tahun serta pukul berapa akan dilaksanakan kegiatan tersebut.

9. Anggaran Dana

  • Dalam anggaran disini, hanya disebutkan jumlah total pemasukan dan pengeluaran yang diperkirakan oleh panitia, sedangkan rinciannya dibuat dalam lampiran tersendiri.

10. Susunan Panitia

  • Dalam halaman atau bagaian susunan panitia, biasanya hanya ditulis posisi yang penting-penting saja, seperti Pelindung Kegiatan, Ketua panitia, Streering Commite dll, sedangkan kepanitian lengkap dicantumkan dalam lampiran.

11. Jadwal Kegiatan

  • Dibuat sesuai dengan perencanaan dalam kalender Kegiatan yang telah disusun sebelumnya
  • Atau bisa juga ditulis terlampir, jika jadwalnya banyak.

12. Penutup

  • Berisi tentang harapan yang ingin dicapai dan mohon dukungan bagi semua pihak.
  • Ditutup dengan lembar pengesahan proposal
  • Terakhir, diikuti dengan lampiran

 

 

 

Sumber dari :

http://muhiklaten.blogspot.com/2011/03/pengertian-dari-proposal.html

http://drsbusraelgeri.blogspot.com/2009/08/materi-pelajaran-kewirausahaan-smk.html

http://imamaunpad.files.wordpress.com/2010/05/sistematika-proposal-2.pdf

LAPORAN

  • Pengertian Laporan

Menurut F X Soedjadi, Laporan adalah:

  1. Suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility) yang ada antara mereka.
  2. Salah satu cara pelaksanaan komunikasi dari pihak yang satu kepada pihak yang lainnya.

 

  • Macam-Macam Laporan

Laporan ada dua macam, yaitu laporan hasil penelitian Ilmiah dan laporan Teknis.

  1. Laporan Ilmiah

Laporan Ilmiah adalah laporan yang disusun melalui tahapan berdasarkan teori tertentu dan menggunakan metode ilmiah yang sudah disepakati oleh para ilmuwan (E.Zaenal Arifin,1993).

  1. Laporan Teknis

Laporan tentang hal teknis penyelenggaraan kegiatan suatu badan atau instansi. Laporan teknis mengandung data obyektif tentang sesuatu. data obyektif dalam laporan teknis itu juga mengandung sifat ilmiah, tetapi segi kepraktisannya lebih menonjol. sehingga yang dimaksud dengan laporan teknis adalah suatu pemberitahuan tentang tanggung jawab yang dipercayakan,dari si pelapor (perseorangan, tim, badan, atau instansi) kepada si penerima laporan tentang teknis penyelenggaraan suatu kegiatan (E.Zaenal Arifin,1993). Dan menurut Muljanto Sumardi (1982), dalam laporan teknik manusia menggunakan bahasa tulis untuk mengkomunikasikan gagasan, paham, serta hasil pemikiran dan penelitian.

  • Fungsi Laporan

Laporan berfungsi sebagai dokumen otentik yang dapat dijadikan sebagai bahan studi orang lain dan sebagai sumber pengalaman bagi orang lain.

  • Sistematika Laporan

 Sistematika laporan adalah urutan letak dari bagian-bagian yang ada dalam sebuah laporan. Secara garis besar, semua laporan memiliki 3 bagian utama, yang terdiri atas: bagian awal/pendahuluan, bagian inti, dan bagian penutup. Namun demikian, setiap laporan memiliki sistematika yang khas.

Sistematika Laporan Secara Umum

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa pada dasarnya setiap sistematika laporan itu memiliki 3 bagian utama dan diantara 3 bagian utama itu ada bagian-bagian lagi yang dinamakan subbagian. Berikut adalah sub-sub bagian yang pasti ada di setiap jenis laporan.

Judul

Dalam lembar judul, didalamnya mencakup judul laporan, yang telah menulis/membuat laporan,  dan tanggal saat laporan tersebut ditulis/disampaikan.

Kata Pengantar

Dalam lembar kata pengantar, didalamnya berisi ucapan terima kasih kepada orang-orang atau organisasi yang telah membantu pelaksanaan kegiatan yang sedang dilaporkan.

Daftar Isi

Seperti dalam sebuah buku, dalam laporan juga harus menyertakan daftar isi. Hal ini dimaksudkan adalah agar mempermudah pengguna dalam mencari hal-hal yang dibutuhkan.

Abstrak/ringkasan

Abstrak adalah bagian yang paling penting dari laporan dan juga (mungkin) satu-satunya bagian yang dibaca secara rinci oleh pengguna laporan. Karenanya, abstrak harus hati-hati ditulis dan harus berisi gambaran lengkap dari pesan dalam laporan tersebut, dengan ringkasan yang jelas tentang rekomendasi yang akan diberikan.

Ruang Lingkup dan Tujuan

Bagian ini harus mendefinisikan ruang lingkup dan keterbatasan penyelidikan dan tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai.

Metodologi

Bagian ini menjelaskan bagaimana menyelidiki daerah tersebut. Bagaimana mengumpulkan informasi, dari mana dan berapa banyak (misalnya jika menggunakan survei, bagaimana survei dilakukan, bagaimana memutuskan pada kelompok sasaran, berapa banyak yang disurvei, bagaimana mereka disurvei -? Oleh wawancara atau kuesioner)

Pendahuluan/Latar Belakang

Hal ini akan membantu untuk menyempurnakan pembaca  ke dalam latar belakang laporan Anda. Berisi secara detail mengenai latar belakang laporan tapi ingat untuk tetap relevan, faktual dan singkat.

Analisa/Pembahasan

Ini adalah tubuh utama laporan, dimana ide-ide dikembangkan. Pastikan bahwa yang dikembangkan terstruktur, judul yang jelas, dan bahwa pembaca/pengguna dapat menemukan informasi dengan mudah. Sifat bagian ini  akan tergantung pada ruang lingkup laporan. Bagian harus berurusan dengan topik utama yang dibahas – harus ada urutan logis, bergerak dari deskriptif ke analitis. Selain itu, harus berisi informasi yang cukup untuk membenarkan kesimpulan dan rekomendasi yang mengikuti. Pemilihan informasi yang tepat sangat penting di sini:  jika informasi penting untuk membantu memahami, maka harus dimasukkan; informasi yang tidak relevan harus dihilangkan.

Kesimpulan

Kesimpulan diambil dari analisis di bagian sebelumnya dan harus jelas dan ringkas.Mereka juga harus berkaitan dengan kajian teoritis yang menjadi acuan. Pada tahap ini, tidak ada informasi baru dapat dimasukkan.

Rekomendasi

Pastikan bahwa yang disoroti adalah apa yang pembaca/pengguna ingin tahu dan apa yang harus mereka lakukan sebagai hasil dari membaca laporan, karena tujuan mereka membaca laporan BUKAN untuk menggali informasi. Jadi usahakan, jangan menggunakan kata “disarankan”. Seperti Kesimpulan, rekomendasi-rekomendasi harus jelas berasal dari tubuh utama laporan dan informasi baru juga harus disertakan.

Daftar Pustaka

Daftar Pustaka berisi materi tambahan yang tidak secara khusus disebut, namun yang pembaca mungkin ingin untuk menindaklanjuti.

Apendiks

Gunakan ini untuk memberikan informasi lebih rinci yang pembaca/pengguna mungkin perlu untuk referensi. Lampiran harus relevan dan harus diberi nomor sehingga mereka bisa disebut dalam tubuh utama.

Glossari

Glossari dibutuhkan jika di dalam laporan ada kata-kata baru yang sekiranya belum dimengerti oleh pembaca/pengguna.

Sumber dari:

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_organisasi_dan_metode/bab8_penulisan_laporan.pdf

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/tugas-softskill-bahasa-indonesia-2-5/

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/06/laporan-16/

http://images.lussysf.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/TLIaNgooCGoAAHIEa-01/Sistematika%20dan%20Jenis%20Laporan.pdf?key=lussysf:journal:605&nmid=373716008

Metode Pengumpulan Data

  • Wawancara

Pengertian Wawancara

Wawancara telah diakui sebagai  teknik pengumpulan data atau informasi yang penting dan banyak dilakukan dalam pengembangan sistem informasi.

Wawancara adalah suatu percakapan langsung dengan tujuan-tujuan tertentu dengan menggunakan format tanya jawab yang terencana.

Kelebihan teknik wawancara :

1. Wawancara memberikan kesempatan kepada pewawancara untuk memotivasi orang yang diwawancarai untuk menjawab dengan bebasa dan terbuka terhadap pertanyaa-pertanyaan yang diajukan.

2. Memungkinkan pewawancara untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan situasi yang berkembang.

3.  Pewawancara dapat menilai kebenaran jawaban yang diberikan dari gerak-gerik dan raut wajah orang yang diwawancarai.

4.  Pewawancara dapat menanyakan kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu terjadi.

Kekurangan teknik wawancara:

1.    Proses wawancara membutuhkan waktu yang lama, sehingga secara relatif mahal dibandingkan dengan teknik yang lainnya.

2. Keberhasilan hasil wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara untuk melakukan hubungan antar manusia.

3.    Wawancara tidak selalu tepat untuk kondisi-kondisi tenpat yang tertentu, misalnya di lokasi-lokasi yang ribut dan rmai.

4.    Wawancara sangat menganggu kerja dari orang yang diwawancarai bila waktu yang dimilikinya sangat terbatas.

  • Observasi

Pengertian Observasi

“Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek baik secara langsung maupun tidak langsung disebut pengamatan atau observasi” (Mohamad Ali, 1995 : 91).

“Pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki”  (Sutrisno Hadi, 1998: 136).

Teknik atau cara ini banyak digunakan baik dalam penelitian sejarah, deskriptif ataupun eksperimental, karena dengan pengamatan memungkinkan gejala-gejala penelitian dapat diamati dari dekat.

 Kelebihan teknik observasi:

1. Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang tinggi.

2.  Penganalisis melalui observasi dapat melihat langsung apa yang sedang  dikerjakan. Pekerjaan-pekerjaan yang rumit kadang-kadang sulit untuk

dijelaskan dengan kata-kata. Melalui observasi, penganalisis dapat mengidentifikasikan kegiatan-kegiatan yang tidak tepat yang telah digambarkan oleh teknik pengumpulan data yang lain.

3. Dengan observasi, penganalisis dapat menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan, misalnya tata letak fisik perlatan, penerangan, gangguan suara, dsb.

Kekurangan teknik observasi:

1.  Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga akan melakukan pekerjaanya dengan tidak semestinya.

2.  Pekerjaan yang sedang diobservasi mungkin tidak dapat mewakili suatu tingkat kesulitas pekerjaan tertentu atau kegiatan-kegiatan khusus yang

tidak selalu dilakukan.

3.   Observasi dapat mengganggu pekerjaan yang sedang dilakukan.

4.  Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari biasanya dan sering menutupi kejelekannya.

  • Kuesioner

Pengertian Kuesioner

“Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui”, Suharsimi Arikunto (1999:140).

Kelebihan teknik kuesioner:

1.  Kuesioner baik untuk sumber data yang banyak dan tersebar.

2.  Responden tidak merasa terganggu,  karena dapat mengisi kuesioner dengan memilih waktunya sendiri yang paling luang.

3.  Kuesioner secara relatip lebih efisien untuk sumber data yang banyak.

4.  Karena kuesioner biasanya tidak  mencantumkan identitas responden,

maka hasilnya dapat lebih objektif.

Kekurangan teknik kuesioner:

1.  Kuesioner tidak menggaransi responden untuk menjawab pertanyaan dengan sepenuh hati.

2.  Kuesioner cenderung tidak fleksibel, artinya pertanyaan yang harus dijawab terbatas yang dicantumkan  di kuesioner saja, tidak dapat dikembangkan lagi sesuai dengan situasinya.

3.  Pengumpulan sampel tidak dapat dilakukan secara bersama-sama dengan daftar pertanyaan, lain halnya dengan obeservasi yang dapat sekaligus mengumpulkan sampel

4.  Kuesioner yang lengkap sulit untuk dibuat.

Sumber dari:

fenni.staff.gunadarma.ac.id/…/files/…/Materi+Analisis+Tambahan.pdf

hukum.uns.ac.id/downloadmateri.php?id=124 –

Langkah-Langkah Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI)

1. Memilih Topik dan Tema

Pengertian topik dan tema sering dikacaukan. Wahab (1994:4) menyebutkan bahwa yang dimaksud topik adalah bidang medan atau lapangan masalah yang akan digarap dalam karya tulis atau penelitian. Sementara itu, tema diartikan sebagai pernyataan sentral atau pernyataan inti tentang topik yang akan ditulis. Topik yang memang masih terlalu luas harus dibatasi menjadi sebuah tema.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan topik adalah berikut ini.

(1) Isu-isu yang masih hangat.

(2) Peristiwa-peristiwa nasional atau internasional.

(3) Sesuatu (benda, karya, orang, dan lain-lain) yang dikaitkan dengan permasalahan politik, pendidikan, agama, dan lain-lain.

(4) Pengalaman-pengalaman pribadi yang berbobot. Dalam pertimbangan ini bila akan menulis karya ilmiah bidang pendidikan maka yang menjadi pertimbangan adalah topic tentang pendidikan.

 Cara yang mudah untuk mencari topik adalah dengan membaca secara cepat berbagai sumber informasi, khususnya tentang pendidikan. Hal ini bertujuan antara lain:

(a) menetapkan topik yang akan dikembangkan,

(b) mencari kemungkinan terdapatnya sumber sebanyak mungkin, dan

(c) mencari verifikasi yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan penulisan atau penelitian.

Selanjutnya penulis perlu membatasi topik. Karena itu, penulis hendaknya:

(a) memilih salah satu aspek khusus dari topik yang menjadi pilihannya,

(b) membatasi waktu dan ruang dari aspek yang telah dipilihnya, dan

(c) memilih peristiwa khusus dari pembatasan tersebut.

Selain itu, Wahab (1994:1-2) menyebutkan tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan topik.

Pertama, penulis dapat memilih topik yang telah menjadi minatnya.

Kedua, penulis dapat memilih topik yang diperkirakan dapat mengembangkan minatnya.

Ketiga, topik tersebut mengundang rasa ingin tahu penulis.

Selain ketiga hal itu, latar belakang pengetahuan penulis terhadap topik yang dipilihnya juga sangat berperan.

Dalam pemilihan suatu topik, penulis harus memperhatikan tiga kriteria berikut ini.

(1) Penulis harus mampu menangani topik yang menjadi pilihannya.

(2) Penulis mempunyai keinginan yang cukup besar untuk mengerjakan.

(3) Penulis mempunyai sarana, prasarana, dan waktu yang cukup untuk mengembangkan topik pilihanya.

Setiap topik atau masalah yang dibahas dalam penelitian harus layak. Dalam hal ini, kelayakan suatu masalah penelitian berkaitan dengan banyak faktor. Faktor itu antara lain sebagai berikut.

(a) Kemanfaatan hasil, sejauh mana penelitian terhadap masalah tersebut akan memberikan sumbangan kepada khasanah teori ilmu pengetahuan atau kepada pemecahan masalah-masalah praktis.

(b) Kriteria pengetahuan yang dipermasalahkan, yaitu mempunyai khasanah keilmuan yang dapat dipakai untuk pengajuan hipotesis dan mempunyai kemungkinan mendapatkan sejumlah fakta empiric yang diperlukan guna pengujian hipotesis.

(c) Persyaratan dari segi peneliti, sejauh mana kemampuan peneliti untuk melakukan penelitian. Hal ini setidaknya menyangkut lima faktor, yaitu: biaya, waktu, alat dan bahan, bekal kemampuan teoritis peneliti, dan penguasaan peneliti terhadap metode penelitian yg akan digunakan.

2. Mengumpulkan Bahan

Setelah memilih topik dan menentukan tema penulisan, penulis mulai mengumpulkan bahan. Bahan bisa didapatkan dari berbagai media cetak maupun elektronika. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan terutama yang relevan dengan topik dan tema yang akan ditulis. Pemilihan bahan yang relevan ini bisa dengan cara membaca atau mempelajari bahan secara sepintas serta menilai kualitas isi bahan. Bahan yang sudah terkumpul tersebut bisa dimanfaatkan untuk memperkaya pengetahuan penulis dan sebagai landasan teoretis dari karya tulis tersebut.

3. Merencanakan Kerangka Penulisan

Setelah memilih topik dan menentukan tema penulisan, serta mengumpulkan bahan yang relevan, penulis mulai merencanakan susunan kerangka penulisan. Wahab (1994:29) menyebutkan tiga alasan penulis perlu menyusun kerangka penulisan. Tiga alasan tersebut adalah:

(1) penyusunan kerangka dapat membantu penulis mengorganisasikan ide-idenya,

(2) penyusunan kerangka mempercepat proses penulisan, dan

(3) penyusunan kerangka dapat meningkatkan kualitas bahasa.

4. Penulisan Karya Ilmiah

Setelah kerangka penulisan karya ilmiah tersusun, langkah selanjutnya yang dilakukan penulis adalah mengembangkan kerangka penulisan karya ilmiah tersebut menjadi paragraf-paragraf pengembangan. Pengembangan sebuah paragraf harus memperhatikan hal-hal berikut ini.

(1) Pilihan kata dalam setiap kalimat dalam paragraf.

(2) Kalimat-kalimat dalam paragraf harus saling mendukung (tidak ada kalimat sumbang, yakni yang tidak mendukung ide pokok dalam paragraf).

(3) Setiap paragraf mengandung satu ide pokok yang dikembangkan dengan beberapa ide penjelas.

(4) Bahasa yang digunakan mengikuti kaidah yang berlaku.

(5) Ejaan dan tanda baca harus diperhatikan. (

6) Ada keterpaduan antara paragraf satu dengan paragraf berikutnya.

5. Penyuntingan, Revisi, dan Draf Final

Setelah kerangka dikembangkan menjadi beberapa paragraf dengan memperhatikan beberapa hal dalam pengembangannya, kegiatan berikutnya adalah penyuntingan. Penyuntingan ini dapat dilakukan oleh penulis itu sendiri, dapat juga dengan bantuan orang lain.

Proses penyuntingan ini meliputi beberapa unsur, yaitu:

(a) teknis penulisan (sistematika, ejaan, dan tanda baca),

(b) kalimat,

(c) paragraf,

(d) bahasa, dan

(e) isi.

Setelah melalui proses penyuntingan ini, penulis mulai merevisi karya tulisnya. Pada akhirnya, draf final karya tulis ilmiah tersebut dapat disusun dan dipublikasikan.

Sumber dari:

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2060113-langkah-langkah-penulisan-kti/#ixzz1Oa7cVpwj

METODE ILMIAH

Pengertian Metode:

Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka, metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Pengertian Metode Ilmiah:

Metode ilmiah adalah suatu pengajaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan–pertimbangan logis.

Almack (1939) menyebutkan bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran.

Kriteria metode ilmiah :

1. Berdasarkan fakta

Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal,  kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.

2. Bebas dari prasangka

Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.

3. Menggunakan prinsip analisa

Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.

4. Menggunakan hipotesa

Dalam metode ilmiah, Peneliti harus dituntun dalam proses berfikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran kearah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.

5. Menggunakan ukuran obyektif

Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.

6. Menggunakan teknik kuantifikasi

Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk atribut-atribut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagai-nya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, rangking dan rating

Karakteristik metode ilmiah :

  1. Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.
  2. Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan bukti- bukti yang tersedia.
  3. Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.
  4. Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
  5. Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.

Tujuan mempelajari Metode Ilmiah :

  1. Meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara sistematis
  2. Meningkatkan keterampilan dalam menulis berbagai karya tulis
  3. Meningkatkan pengetahuan tentang mekanisme penulisan karangan ilmiah

Sumber dari :

 http://id.wikipedia.org/wiki/Metode

http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/29/apakah-yang-dimaksud-dengan-metode-ilmiah/

http://geodesy.gd.itb.ac.id/hzabidin/wp-content/uploads/2007/09/definisi_jenis_penelitian.pdf

pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files…/99020-2-870599263074.doc

images.imnis.multiply.multiplycontent.com/…/1.%20Karangan%20Ilmiah%20dan%20Nonilmiah.ppt?…

Karya Ilmiah dan Karya Non Ilmiah

Karya Ilmiah

 

Karya Ilmiah adalah karya tulis yang penyusunan dan penyajiannya didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah.

Penyusunan dan penyajian karya didahului oleh studi pustaka dan studi lapangan.

Ciri-ciri karya ilmiah:

  1. Menyajikan fakta objektif secara sistematis,
  2. Ditulis secara cermat, tepat, benar, dan tulus,
  3. Tidak mempunyai motif ambisius dan berprasangka,
  4. Karangan ilmiah bersifat sistematis, ditulis secara konseptual dan procedural,
  5. Karangan ilmiah tidak bersifat emotif,
  6. Karangan ilmiah tidak bersifat argumentatif dan persuasif,
  7. Karangan ilmiah ditulis dengan menggunakan ragam bahasa ilmiah.

Sikap Ilmiah:

1. Ingin tahu

Dengan selalu bertanya tentang berbagai hal.

2. Kritis

Direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun dengan membaca sebelum menentukan pendapat untuk ditulis.

3. Terbuka

Selalu mendengarkan keterangan dan argumentasi orang lain.

4. Objektif

menyatakan apa adanya tanpa perasaan pribadi.

5. Rela menghargai karya orang lain

Mengutip, menyatakan terima kasih dan menganggapnya sebagai karya orisinil milik pengarangnya.

6. Berani mempertahankan kebenaran

Membela fakta atas hasil penelitiannya.

7. Menjangkau ke depan

“Futuristik” berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya, bahkan mampu menyusun teori baru.

Macam-macam karya ilmiah:

  • Karya ilmiah pendidikan:

1. Paper (Karya Tulis)

Paper atau lebih populer dengan sebutan karya tulis, adalah karya ilmiah berisi ringkasan atau resume dari suatu mata kuliah tertentu atau ringkasan dari suatu ceramah yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya.

2. Pra skripsi

Pra skripsi adalah karya tulis ilmiah pendidikan yang digunakan sebagai persyaratan mendapat gelar sarjana muda. Karya ilmiah ini disyaratkan bagi mahasiswa pada jenjang akademik atau setingkat diploma 3(D-3).

3. Skripsi

Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta-fakta empiris-objektif baik berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan) maupun penelitian tidak langsung (study kepustakaan).

4. Thesis

Thesis adalah suatu karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dari pada skripsi, thesis merupakan syarat untuk mendapatkan gelar magister (S-2).

5. Disertasi

Disertasi adalah suatu karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta akurat dengan analisis terinci.

  • Karya ilmiah Penelitian :

1. Makalah Seminar (naskah seminar, naskah bersambung)

a. Naskah Seminar

Naskah Seminar adalah karya ilmiah yang berisi uraian dari topik yang membahas suatu permasalahan yang akan di sampaikan dalam forum seminar. Naskah ini bisa berdasarkan hasil penelitian pemikiran murni dari penulisan dalam membahas atau memecahkan permasalahan yang dijadikan topik atau dibicarakan dalam seminar.

b. Naskah Bersambung

Naskah Bersambung sebatas masih berdasarkan ciri-ciri karya ilmiah, bisa disebut karya tulis ilmiah. Bentuk tulisan bersambung ini juga mempunyai judul atau title dengan pokok bahasan (topik) yang sama, hanya penyajiannya saja yang dilakukan secara bersambung, atau bisa juga pada saat pengumpulan data penelitian dalam waktu yang berbeda.

2. Laporan hasil Penelitian

Laporan adalah bagian dari bentuk karya tulis ilmiah yang cara penulisannya dilakukan secara relatif singkat. Laporan ini bisa di kelompokkan sebagai karya tulis ilmiah karena berisikan hasil dari suatu kegiatan penelitian meskipun masih dalam tahap awal.

3. Jurnal Penelitian

Jurnal penelitian adalah buku yang terdiri karya ilmiah terdiri dari asal penilitian dan resensi buku. Penelitian jurnal ini harus teratur continue, dan mendapatkan nomor dari perpustakaan nasional berupa ISSN(international standard serial number).

Karya Non Ilmiah

 

Karya tulis non-ilmiah (karya non Ilmiah) adalah karya tulis ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.

Karya tulis non-ilmiah itu pun bervariasi bahan topiknya dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung oleh fakta umum. Bahasanya mungkin kongkret atau abstrak, gaya bahasanya mungkin formal dan teknis, atau formal dan populer.

Ciri-ciri karya non ilmiah:

  1. ditulis berdasarkan fakta pribadi,
  2. fakta yang disimpulkan subyektif,
  3. gaya bahasa konotatif dan populer,
  4. tidak memuat hipotesis,
  5. penyajian dibarengi dengan sejarah,
  6. bersifat imajinatif,
  7. situasi didramatisir,
  8. bersifat persuasif.
  9. tanpa dukungan bukti

Macam-Macam karya non ilmiah:

a. Cerpen. Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek yang cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.

b. Dongeng. Merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, diakhir cerita biasanya mengandung pesan moral.

c. Roman. Adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau ganjaran yang isinya melukisnya perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.

d. Novel. Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita.

e. Drama. Adalah suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh actor.

Sumber dari:

http://noorifada.files.wordpress.com/2009/08/mpi_02-karya-ilmiah.pdf

http://blog.unila.ac.id/romi9eo/files/2010/09/TPL_1.pdf

staff.undip.ac.id/sastra/fauzan/files/2010/12/9karyailmiah2.ppt

http://viallyhardi.wordpress.com/2011/02/22/karya-non-ilmiah/

Penalaran Deduktif

Penalaran Deduktif merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan.

Corak berpikir deduktif, yaitu : 1. Silogisme, 2. Entimem, 3. Rantai Deduksi.

1. Silogisme

Silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga.

Silogisme terbagi menjadi silogisme kategorial, silogisme hipotetis, silogisme disjungtif atau silogisme alternatif.

a) Silogisme Kategorial

Argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.

Contoh :

Semua buruh adalah manusia pekerja

Semua tukang batu adalah buruh

Jadi, semua tukang batu adalah manusia pekerja.

Kaidah silogisme Kategorial:

  1. Sebuah silogisme harus terdiri dari tiga proposisi: premis mayor, premis minor, dan konklusi.
  2. Dalam ketiga proposisi itu harus ada tiga term, yaitu term mayor (term predikat dari konklusi), term minor (term subyek dari konklusi), dan term tengah (menghubungkan premis mayor dan premis minor)
  3. Setiap term yang terdapat dalam kesimpulan harus tersebar atau sudah tersebut dalam premis-premisnya.
  4. Bila salah satu premis bersifat universal dan yang lain bersifat partikular, maka konklusinya harus bersifat partikular.
  5. Dari dua premis yang bersifat universal, konklusi yang diturunkan juga harus bersifat universal.
  6. Jika sebuah silogisme mengandung sebuah premis yang positif dan sebuah premis yang negatif, maka konklusinya harus negatif.
  7. Dari dua premis yang negatif tidak dapat ditarik kesimpulan. Sebab itu, silogisme berikut tidak sahih dan tidak logis.
  8. Dari dua premis yang bersifat partikular, tidak dapat ditarik kesimpulan yang sahih.

b) Silogisme Hipotesis

Silogisme hipotetis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotesis. Silogisme hipotetis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi.

Rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah :

Jika P, maka Q

Contoh :

Premis Mayor  : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal

Premis Minor   : Hujan tidak turun

Konklusi             : Sebab itu panen akan gagal.

Walaupun premis mayor bersifat hipotetis, premis minor dan konklusinya tetap bersifat kategorial. Premis mayor sebenarnya mengandung dua pernyataan kategorial. Pada contoh diatas, premis mayor mengandung dua pernyataan kategorial, yaitu hujan tidak turun dan panen akan gagal. Bagian pertama disebut antiseden, sedangkan bagian kedua disebut akibat.

Dalam silogisme hipotetis terkandung sebuah asumsi, yaitu kebenaran anteseden akan mempengaruhi kebenaran akibat, kesalahan anteseden akan mengakibatkan kesalahan pada akibatnya.

c) Silogisme Disjungtif atau Silogisme Alternatif

Silogisme ini dinamakan Silogisme alternatif, karena:

  • Proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan.
  • Sebaliknya, proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.
  • Konklusi silogisme ini tergantung dari premis minornya. Jika premis minornya menerima satu alternatif, maka alternatif lainnya ditolak. Sebaliknya, jika premis minornya menolak satu alternatif, maka alternatif lainnya diterima dalam konklusi.

Contoh :

Premis Mayor  : Rudi berada di Bandung atau Jakarta

Premis Minor   : Rudi berada di Bandung

Konklusi             : Sebab itu, Rudi tidak berada di Jakarta.

2. Entimem

Silogisme muncul hanya dengan dua proposisi, salah satunya dihilangkan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada dalam pikiran dan dianggap diketahui pula oleh orang lain.

Silogisme asli/awal :

Premis Mayor : Siapa saja yang dipilih mengikuti pertandingan Thomas Cup

adalah seorang pemain kawakan.

Premis Minor  : Taufik Hidayat terpilih mengikuti pertandingan Thomas Cup.

Konklusi            : Sebab itu, Taufik Hidayat adalah seorang pemain (bulu tangkis

kawakan).

Penulis dapat menyatakan dalam bentuk entimem :

Taufik Hidayat adalah seorang pemain  bulu tangkis kawakan, karena terpilih mengikuti pertandingan Thomas Cup.

3. Rantai Deduksi

Penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk yang informal.

Sumber:

Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,

2003.

ati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/18040/Deduksi.ppt

dcenter.it-kosongsatu.com/?file_id=28

Penalaran Induktif

Penalaran adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.

Beberapa definisi Penalaran menurut para ahli:

  • Keraf (1985: 5) berpendapat bahwa Penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
  • Bakry (1986: 1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.
  • Suriasumantri (2001: 42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.

Penalaran terdiri dari dua macam, yaitu:

  • Penalaran Induktif
  • Penalaran Deduktif.

Penalaran Induktif

Penalaran Induktif adalah Penalaran yang bertolak dari penyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.

Secara formal, induktif dapat dibatasi sebagai proses bernalar untuk mengambil suatu keputusan, prinsip, atau sikap yang bersifat umum maupun khusus berdasarkan pengamatan atau hal-hal khusus.

Penalaran Induktif dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Generalisasi

Proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tersebut.

Generalisasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

1. Loncatan induktif:

fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.

2. Tanpa loncatan induktif:

fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.

Contoh Generalisasi:

Jika dipanaskan, besi memuai.

Jika dipanaskan, tembaga memuai.

Jika dipanaskan, emas memuai.

Jika dipanaskan, platina memuai

Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.

2. Analogi

Proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk satu hal berlaku juga untuk hal lain.

Tujuan dari Analogi adalah:

  • Meramalkan kesamaan
  • Menyingkapkan kekeliruan
  • Menyusun sebuah klasifikasi.

Contoh analogi:

Nina adalah lulusan Akademi Amanah.

Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Ali adalah lulusan Akademi Amanah.

Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

3. Hubungan Kausal

Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.

Hubungan kausal dapat terjadi dalam tiga pola:

  • Sebab ke akibat : mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang sudah diketahui, kemudian bergerak maju menuju pada kesimpulan sebagai akibat yang terdekat.
  • Akibat ke sebab : suatu proses berpikir yang bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui, kemudian bergerak menuju ke sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tersebut.
  • Akibat ke akibat : suatu proses penalaran yang bertolak dari suatu akibat menuju akibat yang lain, tanpa menyebut atau mencari sebab umum yang menimbulkan kedua akibat itu.

Sumber:

digilib.uns.ac.id/…/176881802201104291.php?…26072002200808462

sepitri.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/…/slide+penalaran.ppt

ati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/18039/Induksi.ppt

http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran